canduku

canduku adalah dia..
dia menjadi canduku...
tak bisa aku tanpanya...
hampa tanpa candu...
meski slalu menyakitkan...
tapi aku kecanduan..
dia adalah kopi..

Kamis, 02 Juni 2011

Antara Kagum dan Tandatanya....

Teringat kala sore tadi (2/6/2011), saat aku dan si 'merah' (sepeda motor honda revo keluaran tahun 2007 milikku yang berwarna merah) menelusuri jalanan menuju kediaman orangtua ku yang saat ini aku tumpangi (karena belum bisa membangun ataupun mengontrak rumah untuk sendiri..hehe). sehari-harinya aku keluar rumah menuju kampus negeri yang sangat terkenal di Medan, atau aku berada di salah satu cafe di Jalan Dr Mansyur, Jamin Ginting, dan areal Jalan Gagak Hitam (ringroad). dan aku tau ada 8 prapatan lampu merah yang harus aku lewati dari jalan biasa aku melintas saat pulang dan pergi.

Pada prapatan lampu merah ke 3, aku kalah waktu dengan lampu berwarna hijau, akhirnya cahaya merahlah yang kudapati, dan sebagai warga negara yang soleh, beriman, dan berjenggot, haruslah mematuhi peraturan. aku berhenti tepat di belakang garis. tak lama, sebuah sepeda motor matic berhenti juga di sebelah kiriku, dengan dua penumpang di atasnya. seorang gadis kecil, dengan paras keturunan timur, sudah pasti hidungnya mancung, mata indah, ku rasa kalau besarnya akan sangat mirip dengan bintang India, Aishwararai itu. ia  berada di boncengan wanita separuh baya dengan paras yang tidak berbeda jauh, matanya terus memandangiku tiada henti, dari atas, tengah, hingga bawah. anehnya aku tak menyadari yang dilakukannya itu.

Begitu sadar kalau aku menjadi perhatiannya, akupun melihat diriku sendiri. mulai dari wajah, apakah ada coretan, atau noda lainnya. kemudian sepatuku, apakah talinya lepas. lalu celanaku, apakah resletingnya terbuka. seterusnya jaket, hingga helm yang ku kenakan. dan tak lupa juga aku memeriksa si merah dari atas hingga ke bagian bannya. dan ternyata semua tidak ada yang salah menurutku.

Namun, setelah waktu cahaya merah itu tinggal 10 detik. aku mendengar perkataan gadis kecil itu dengan wanita yang memboncengnya. "mama, itu rupanya (ternyata) kakak perempuan. hebat ya ma, bawa kreta (sepeda motor) sendiri. tadi aku kira laki-laki ma, kok bisa ya?....." pendengaranku terputus saat cahaya merah berubah menjadi hijau. saat mendengar itu aku tertawa sambil menarik gas si merah. sepanjang jalan aku berfikir, apakah benar aku hebat?...heheheheeeeee.....dan yang membuatku heran, kenapa anak yang kira-kira baru berusia 12 tahun itu menaruh kagum sekaligus tandatanya akan diriku..padahal aku sama sekali tak mengenalnya....gimana kalau aku mengenalnya, mungkin aku akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritisnya.....hhhhmmmmmm.....itulah ceritaku sore tadi...semoga tidak menimbulkan tandatanya yang sama ya...heheheee.....




Rabu, 01 Juni 2011

Semut Rangrang .....

Gigitannya memang menyakitkan, membekas, dan lama hilangnya. tapi 'ntah kenapa aku selalu merindukannya, semut rangrang. sangat sulit melupakannya, apalagi untuk membencinya. mengapa aku bisa mengenalnya, dekat dengannya, bahkan aku menyayanginya. padahal aku tidak tahu apa yang dirasakannya terhadapku. seperti semut rangrang, yang memiliki pesona dan arti dalam kehadirannya, namun pedas dalam berucap jika ia merasa tersakiti. dan aku menerima semua apa yang diperlakukannya untukku, layaknya orang yang tengah kecanduan. tak pernah ingin lepas dan jauh darinya. meskipun berkali-kali tersakiti. tak pernah aku alami masa-masa seperti ini, melawan egoku, merendahkan hatiku, bahkan rela berkorban apa saja. semua itu ku lakukan hanya untuk mendapatkan ruang di hatinya.
Semut rangrang kini memilih diam seribu bahasa kepadaku, akibat kesalahan kata yang ku lakukan. 'ntah berapa pesan yang sudah ku kirimkan padanya, aku menuliskan kata-kata penyesalan dan sayangku. bahkan panggilanku pun diacuhkannya. benar-benar menyiksaku, aku lebih baik mendapatkan seribu gigitannya, dari pada harus menghadapi situasi ini. seperti penggalan syair dalam lagunya mas Anang, "Separuh Jiwaku Pergi" itulah yang kurasakan dalam kondisi seperti ini. merasa diabaikan, bukan terabaikan. sepertinya harapku untuk mendapatkan ruang di hatinya pupus sudah. aku hanya menunggu keajaiban datang, seiring dengan kembalinya semut rangrangku seperti dulu masa-masa pertama kali mengenalnya.
Kini aku merasa semut rangrang telah jauh meninggalkanku dalam hati yang penuh kekalutan. tanpa kata, tanpa pesan, tanpa tatapan, tanpa suara, dan tanpa kabar. aku benar-benar kehilangan. akankah dia merasakan yang sama??akankah dia masih mengingat masa-masa bersama dulu??akan kah dia masih menyimpan apa yang ku beri??akankan masih ada 'hiasan namaku' di satu jarinya??
ataukah semut rangrang meninggalkan semua itu di 'sarang' yang memberikannya banyak cerita baru??banarkah sekarang yang tersisa hanya kebencian untukku???
aku tak pernah tau seperti apa hatinya untukku. seperti apa rasanya terhadapku.
apakah aku hanya sebagai tempat pelampiasan kemarahan dan kekesalannya terhadap satu cerita cinta yang tengah ia rajut?kalau memang benar, itupun akan ku jadikan satu kebahagiaan. asalkan bisa bersamanya. naif terdengar, tapi aku tak kuasa melawan semua rasa yang begitu kuat menyerang dengan prajurit terbaiknya.


Oh semut rangrang, suatu saat kau akan menyadari apa yang kulakukan, semata karena sayangku. mungkin juga sayang yang lebih dari semua sayang yang ada. 'ntah kau menyadari saat aku masih ada bersamamu atau tidak. semoga kita dipertemukan dalam kehidupan lainnya, dengan kondisi yang berbeda namun sayang yang sama.








Is...

Is sosok pria dengan segala kekuatannya melawan kelemahan yang tengah menghampirinya. kulitnya putih bersih, hidung mancung, bibir kecil dan tipis, badannya kurus tinggi. menjadi idaman wanita bukanlah pilihannya. penampilannya yang sederhana dan menarik, membuatnya tak bisa menolak didekati para wanita seusianya pada saat itu (sekitar 13 tahun nan silam). aku menyaksikan beberapa peristiwa yang terjadi pada saat itu. karena aku satu sekolah dengan Is.
tak pernah aku mengira akan menjadi teman dekatnya. kuakui pada saat itu aku tidak terlalu memperdulikan apa dan siapa yang ada disekelilingku. ya, aku hanya asik dan sibuk dengan diriku serta segala aktifitasku di sekolah, untuk mendapatkan nilai terbaik disegala pelajaran dan bidang ekskul. dan semua pun ku dapati, aku menjadi salah satu murid yang sangat dikenal di sekolah karena prestasi.
saat itu usiaku 14 tahun, mungkin juga Is seumuran denganku. ntah bagaimana awal ceritanya, tepat kelas II SMP kamipun menjadi sangat akbrab, padahal kami tidaklah sekelas. Is sangatlah perhatian denganku, meskipun saat itu aku mulai mengenal cinta. cowokku satu kelas dengan Is, dan dia juga juara kelas sama sepertiku. Is tidak pernah memperdulikan itu. setiap kali Is baru datang dia selalu melihat ke dalam kelasku, yang memang duluan didapat sebelum kelasnya. Is sengaja melakukannya untuk melihatku apakah sudah datang atau belum. kalau aku sudah datang, maka Is akan menghentikan langkahnya, dan kamipun memulai cerita di depan pintu kelasku, hingga bel masuk berbunyi. begitu setiap hari yang dilakukan Is dan aku.
ketika bel istirahat berbunyi, Is slalu melihat ke kelasku. jujur saat itu cowokku sendiri menaruh curiga dan cemburu. maklum cinta monyet, masih suka cemburuan gak nentu, marah juga gak nentu. dan lagi-lagi Is tak pernah memperdulikan cowokku yang satu bintang denganku itu (cancer). akupun begitu, maklum lagi lah namanya juga masih baru-baru mengenal cinta, dan baru akan beranjak dewasa. jam istirahatpun sering kami habiskan bersama, walaupun terkadang aku tak betah duduk diam, namun Is tetap saja menungguku dan menyaksikan beberapa aksi jahilku yang selalu menargetkan korban cewek-cewek mentel dari semua kelas yang ada di sekolah. dan Is menyaksikan sambil senyum, terkadang juga tertawa lepas ketika aksiku sangat kocak baginya.
beberapa hari aku tak melihat Is melongokkan kepalanya ke kelasku. dari cowokku yang kebetulan juga ketua kelas Is, aku dapat kabar kalau Is tengah sakit. pada saat itu aku tidak menaruh curiga apapun terhadap sakitnya Is. dan akupun tak merasakan Is tidak bersamaku, karena memang selain dekat dengan Is, aku juga dekat dengan beberapa teman cowokku lainnya yang berasal dari kelas yang berbeda denganku juga. setelah seminggu Is tak kelihatan, akhirnya dia kembali kulihat di depan kelasku. dan menungguku menghampirinya dengan senyuman dan lesung pipi yang menggoda teman-teman wanita kami.
dan ntah kenapa juga saat itu aku tidak terlalu mengopeni Is, yang seolah-olah ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadaku. aku hanya menegurnya yang tengah berdiri di depan kelasku, sambil memegang lengannya, dan kemudian menghampiri temanku yang memanggil. Is tetap memandangku dengan senyuman manisnya itu, sambil berdiri memegang tali tas yang menyangkut di bahu sebelah kirinya.
dan ternyata aku terlalu lama mengobrol dengan teman yang memanggilku itu, bel masukpun berbunyi. dan Is melangkah menuju kelasnya. pada jam istirahat, aku tak melihat Is. dan aku mendatangi kelasnya yang bersebelahan dengan kelasku. aku melihat Is duduk diam, dan lagi dengan senyum melihatku. seolah hatinya tengah senang melihat kehadiranku di kelasnya. karena memang baru itu aku memijakkan kaki di kelas II3 itu, karena cowokku berada di kelas itu, dan aku tidak ingin mendapatkan sorakan dari teman sekelasnya karena hubungan kami. memang aku ke kelas itu hendak melihat Is. ketika aku ingin menghampirinya, seorang teman memanggil namaku, dan menyampaikan pesan dari guru, bahwa aku di minta untuk segera ke kantor sekolah. lagi-lagi aku tak bisa berbincang dengan Is.
dua hari berikutnya pun aku tak bertemu dengan Is, karena aku telat datang, dan pada jam istirahat aku selalu diganggu oleh teman-teman yang meminta contekan PR untuk mata pelejaran setelah istirahat. Is selalu memandangku selama tiga hari dengan senyman manisnya, dan seolah-olah lagi ingin berbincang panjang lebar denganku. dan aku tak pernah menyadari itu, aku sibuk dengan segala aktifitasku di sekolah.
setelah tiga hati itu, aku kembali tak menemukan Is di sekolah, bahkan di kelasnya. sampai akhirnya aku mendapatkan kabar yang amat sangat mengejutkan dari guru mata pelajaran Fisika ku (ibu Fitri) bahwa Is sudah tiada lagi di dunia ini. aku ingat, hari itu hari jum'at. dan kami diminta untuk menyumbang seikhlasnya. aku masih tidak percaya, dan tetap dengan tawaku seperti biasanya. ini kata yang masih kuingat ketika guru Fisika kami itu mengatakan bahwa Is sudah tiada. "hari ini ada kawan kalian yang meninggal," katanya. "siapa bu?" tanyaku yang saat itu duduk tepat di depan meja guru, tanpa ada menaruh curiga sedikitpun kepada Is. "ya, sahabatmu yang ada di kelas sebelah, Iskandar," kata guruku itu.saat itu aku tak merasakan kesedihan yang bagitu dalam, karena sifat kanak-kanakku yang masih sangat melekat.
namun, begitu memijakkan kaki di kediaman Is yang berada di daerah tepi sungai Deli (gak tau apakah sekarang masih ada atau terkena gusuran tata kota). kesedihan mulai kurasakan, terlebih ketika aku dan rombongan dari sekolah tidak dapat lagi melihat jenazahnya. aku dapat cerita dari ibunya, bahwa Is merupakan anak yang sangat baik, walaupun ia terkena penyakit kangker darah, tetapi tidak pernah ingin terlihat sakit dan menyusahkan orangtua serta keluarganya. Is tidak inginn dispesialkan dalam keluarga karena penyakitnya itu. kebaikkan terjawab dengan penuhnya mesjid karena banyaknya orang yang ingin menyolatkannya, dan mengantarkan kepergiannya dengan do'a.
sudah 13 tahun berlalu, dan saat ini aku merindukan Is. Is yang selalu membelaku, Is yang selalu ada tersenyum padaku dalam situasi apapun aku. Is yang tak pernah mengeluh tentang deritanya. Is yang selalu memberikan bahunya saat aku menangis. Is yang selalu menguatkan aku saat aku jatuh. Is yang selalu meluluhkan dengan kelembutannya saat aku emosi. Is yang selalu mengingatkan aku saat aku lupa. Is yang selalau mendengarkan keluh kesah, dan segala cerita konyolku.
Is........
andai saat itu aku tahu adalah hari terakhir kita bersama, akan aku abaikan semua suara yang memanggilku. dan aku akan menghabiskan waktu bersamamu.
Is, saat ini aku merindukanmu....
maafkan aku yang tak menyadari isyaratmu untuk bersama saat terakhirmu...
kau adalah yang terbaik Is....bila tiba saatku...kita akan berjumpa..dan aku ingin kau tetap menjadi Is ku yang dulu....
saat bersamamu adalah yang terindah.....mengenalmu adalah anugrah...dan aku menyayangimu selalu....

Dunia Tertawa

Dunia Tertawa..
itulah yang kurasakan. saat semua rasa telah terungkap. namun semua terlihat semu dan tersiasiakan. tak dapat berkata lagi, bahkan badan terasa hilang tak bernyawa. telah kupermalukan diri di hadapannya, hanya untuk satu pembuktian, kasihsayang yang begitu besar. akupun tak dapat mengerti, mengapa rasa ini ada dan begitu dahsyatnya merambah di hati. ingin ku buang dan menguburnya dalam luka yang begitu mengiris hati, tapi aku seolah tak berdaya melawan ketidak adilan akan hati ini. aku sadar rasa ini benar-benar salah, dan tetap tabu terdengar.
Namun, aku tetap berkorban tanpa melihat semua itu, tanpa melihat rasanya, tanpa melihat hatinya padaku. walaupun aku terlihat seperti manusia bodoh, dan dunia tertawai aku. demi satu senyumnya yang mampu luluhkan dinding egoku, tawanya yang mampu hilangkan lelah badanku, ceritanya yang mampu hilangkan penatky, sentuhannya yang mampu memberikan semangat baru di hari-hariku, dan perhatiannya yang selalu ku inginkan untuk membantukan bangkit dari kegalauan dan kegelisahaan diri.
Dan dunia tertawa kembali, saat semua harap tak pernah hadir untukku, saat semua ku tahu, rasa sakit yang teramat luar biasa masih menyiksa di hati. dia telah memilih hati, dan pergi dengan dendam yang menyiksaku. saat ini adalah saat-saat terjatuhnya aku dari semua harapku. Dunia tertawa bebas, karena kebodohan dan kenaifan ku.